“Benarkah kau bermimpi menikah dengan putriku?” tanya Hakim.
“Iya benar, bahkan aku berrnimpi
memberikan semua hartaku sebagai maharnya,” balas pemuda itu.
“Aku ke sini untuk mengambil mahar itu. Sekarang kau
“ pergilah dari rumah ini.” seru Hakim.
Pemuda itu sangat sedih. Ia tak
bisa melawan seorang hakim. Pemuda itu kini menjadi seorang gelandangan. Ia
bertemu dengan perempuan tua yang miskin. Pemuda itu lalu menceritakan
masalahnya.
“Sekarang aku menjadi gelandangan
karena mimpi itu,” ujar si Pemuda.
“Aku akan membantumu
mengembalikan hartamu. Hakim istana sudah berbuat semena-mena. Ia harus diberi
pelajaran,” ujar perempuan tua itu.
Perempuan tua itu lalu mengajak
pemuda itu ke rumah Abu Nawas. Ia ingin meminta nasihat dari Abu Nawas. Semua
orang tahu kecerdikan Abu Nawas.
“Abu Nawas pasti bisa
menyelesaikan masalahmu,” ujar perempuan tua itu.
Sampailah mereka di rumah Abu
Nawas. Pemuda itu lalu menceritakan masalahnya. Abu Nawas berpikir sejenak.
Aha! Ia berhasil mendapatkan sebuah ide.
“Besok pagi kalian ke sini lagi.
Bawalah peralatan seperti linggis, batu, dan tongkat besi,” ucap Abu Nawas.
“Untuk apa semua alat itu?” tanya
pemuda itu.
“Kau akan tahu besok pagi.
Ajaklah semua temanmu juga,” pinta Abu Nawas.
Pemuda itu mengangguk setuju. Ia
akan menuruti apa yang diperintahkan oleh Abu Nawas.
Keesokan harinya, pemuda itu
datang bersama dengan teman-temannya. Mereka membawa peralatan yang diminta
oleh Abu Nawas.
“Apa yang harus kami lakukan dengan peralatan ini?” tanya pemuda itu.
Semua pergilah ke rumah hakim
istana. Hancurkan rumahnya sampai tak ada yang tersisa,” ucap Abu Nawas.
“Tapi bagaimana jika hakim istana
marah?” balas pemuda itu.
“Katakan aku yang menyuruh kalian
menghancurkan rumahnya,” kata Abu Nawas.
Mereka pun pergi ke rumah hakim istana. Tanpa banyak bicara, mereka langsung menghancurkan rumah hakim istana.
Rumah hakim sudah hampir hancur,
dan si Pemuda bersama teman-temannya terus saja menghancurkannya. Penduduk yang
melihatnya tak dapat menghentikan semua itu.
Hakim yang sedang tertidur pun
bangun. Ia baru menyadari bahwa sebagian rumahnya sudah hancur.
“Hey, apa yang kalian lakukan dengan rumahku?” teriak Hakim istana, marah-marah.
“Kami sedang menghancurkan
rumahmu. Apa kau tak melihatnya?” balas pemuda itu.
“Kalian bisa saya hukum! Siapa
yang menyuruh kalian melakukan ini?” tanya Hakim Istana.
Pemuda itu lalu memberi tahu si
Hakim bahwa yang menyuruh mereka adalah Abu Nawas. Tentu saja Hakim jadi sangat
kesal kepada Abu Nawas. Ia pun langsung ke istana untuk menemui Raja.
“Aku akan melaporkannya kepada
Raja supaya Abu Nawas mendapat hukuman,” dengus Hakim istana.
Sesampainya di istana, si Hakim
menyampaikan apa yang terjadi dengannya kepada Raja.
“Cepat panggil Abu Nawas ke
sini.” perintah Raja.
Beberapa prajurit pergi ke rumah Abu Nawas. Mereka menangkap Abu Nawas dan membawanya ke istana. Abu Nawas sudah tahu bahwa hal itu pasti akan terjadi.
“Hey Abu Nawas! Apa benar kau
yang menyuruh para pemuda itu untuk merusak rumah Hakim Istana?” tanya Raja,
penasaran.
“Benar Raja. Semalam aku bermimpi bahwa Hakim Istana memintaku untuk menghancurkan rumahnya. Ia berkata hendak membangun rumah baru yang lebih megah,” jawab Abu Nawas.
Raja heran mendengar jawaban Abu
Nawas. Mimpi adalah bunga tidur, tapi kenapa dia melaksanakannya dalam
kehidupan nyata?
“Kamu sungguh salah besar, Abu Nawas,” ujar Raja.
“Bukankah Hakim istana yang membuat peraturan seperti itu?” ucap Abu Nawas. Ia lalu menyampaikan apa yang telah dilakukan Hakim istana kepada si Pemuda. Hakim Istana telah merampas semua harta si Pemuda, karena pemuda itu bermimpi memberikan mahar untuk menikah dengan anak hakim istana. Raja lalu memanggil pemuda itu dan menanyakan kebenarannya.
“Semua yang dikatakan Abu Nawas
benar, Raja. Aku kehilangan semua hartaku karena itu. Kini, aku menjadi seorang
gelandangan,” ucap si Pemuda.
Hakim istana terlihat pucat. Ia ketakutan dan kemudian mengakui perbuatannya. Raja pun memecat Hakim istana. Selama ini ia telah salah memilih seorang hakim. Harta pemuda itu akhirnya kembali. Abu Nawas sangat senang karena bisa menolong orang yang kesulitan.
Post a Comment for " Kisah Hakim Yang Tamak, ABU NAWAS"